June 14, 2012

明道 : My Favorite Actor

 明道 in 冒險王 (The King of Adventure), 2002
Who knows, finally I found an actor and became his fans from the first sight, really in my fist sight (and know nothing about him in 4 months later, even his name..haha). I've never been a fans of an television actor before and never care about it. My brothers and I did a lot of ridiculous things to find everything about him on our TV channel. Mingdao..., I really love his charming smile, humle personality, high emotional intelligence, and ability to love everything he does... 

This is Mingdao's bio... 

Ming Dao (Chinese: 明道; pinyin: Míng Dào) was born on 26 February 1980. He is a Taiwanese model, actor and singer of quintet boy band 183 Club since 2004. He is well known for starring in The Prince Who Turns into a Frog, which held the highest single episode average rating of 6.99 for a Taiwanese drama from 2005 to 2008, and the winner of Best Host in Educational Programme at the 39th Golden Bell Awards.

Career
Ming was first discovered in 1999 when he took part in television variety show Guess hosted by Jacky Wu on China Television. He went on to modeled for various advertisements and appeared in several music videos including Fei Xiang's "She" and R&B's "Love Bubble". Ming also participated in a Taiwanese program Super Sunday in 2000 and worked as a spokesperson for Shiatzy Chen.

It's About Zero Expectation

Tahukah, belakangan ini saya semakin menyadari satu pelajaran berharga, yaitu bagaimana untuk menjadi orang yang be zero expectation. Ya, zero expectation atau bisa dibilang don't be too much expectation (meski beberapa orang menyatakan itu berbeda) artinya memposisikan diri untuk tidak terlalu berharap dengan suatu keadaan. Sikap seperti ini bukan berarti pasrah, tapi tetap berharap hanya saja mempersiapkan diri untuk bisa bergaul dengan semua kondisi. Menerima bukan karena tidak mau berusaha mengubah tapi memang belum memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk mengubahnya.

Be zero expectation saya rasakan sangat berguna saat memutuskan untuk meninggalkan rumah dan menuntut ilmu di kota Padang. Tinggal di kos yang tidak mendukung kegiatan saya, tapi saya putuskan bertahan saat semua teman mendesak saya untuk meninggalkan rumah itu. Saya punya teman disana. Alhasil, saya terpaksa bersabar dan akhirnya berhasil keluar dengan ijazah sarjana di tangan.

View from Merdeka Square, MY
Hal ini juga semakin diuji saat saya berada di Kuala Lumpur, Malaysia. Menjadi volunteer di sebuah panti asuhan India yang belum pernah saya bayangkan sedikitpun, terlebih karena satu keteledoran kecil VP saya disana (dia lupa membawa kamera) sehingga dia tidak bisa memberi gambaran real mengenai kehidupan saya disana. Beruntung saya punya teman-teman baik di AIESEC yang selalu memberikan support dan menekankan untuk don't be too much expectation dengan kehidupan kita disana. 

With Agathians Childreen and my buddy, tunit :)

Berangkat ke KL, saya sama sekali tak bisa memperkirakan kalau kehidupan disana akan menjadi sangat diversity, dengan anak-anak India dan Chinese, dan tempat tinggal kami yang sederhana. Awalnya saya berontak, tapi karena prinsip diawal tadi saya akhirnya mampu menikmati bahkan akhirnya menjadi sangat bersyukur karenanya.